twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Friday, September 20, 2013

Etika Dwaita Wedanta


Etika Dwaita Wedanta

            Tujuan tertinggi dari ajaran Dwaita adalah mencapai kelepasan. Kelepasan dalam hal ini adalah peniadaan awidya secara sempurna. Karena adanya awidyalah muncul samsara atau penderitaan dalam hidup ini. Sesungguhnya banyak macam penderitaan yang ada di dunia ini seperti kelahiran, umur tua, penyakit, ketidak harmonisan, keputus asaan dan lain sebagainya. Penderitaan merupakan sebuah belenggu bagi setiap orang yang ingin mencapai kelepasan. Menurut Dwaita dengan peniadaan awidya ini seseorang akan mendapatkan pengetahuan tentang Tuhan dan kesejatian diri.
            Semua bentuk penderitaan ini kelihatannya selalu di imbangi dengan kesenangan, akan tetapi jika kesenangan itu direnungkan secara mendalam, maka akan diketemukan bahwa kesenangan itu adalah akar dari sebuah penderitaan. Penyebab adanya penderitaan adalah awidya itu sendiri, dengan adanya awidya maka akan timbul nafsu-nafsu yang serakah yang ingin dipuaskan disana-sini, keinginan kepada kesukaan, kemewahan hidup dan keinginan kepada kekuasaan.
            Proses penderitaan ini terjadi yaitu pada saat keinginan itu dikaitkan dengan objak-objak duniawi. Keinginan yang bertentangan dengan dharma itulah menyebabkan suatu penderitaan, yang semua ini disebabkan oleh awidya. Ketidaktahuan atau awidya bersifat kosmis yang menjadikan orang memiliki pandangan kabur terhadap hakikat Tuhan yang sebenarnya dan hakikat diri sendiri.
            Untuk mencapai kelepasan, sistem dwaita mengajarkan beberapa jalan yaitu ; karmayoga, srawana, manana, dan dhyana atau meditasi. Karmayoga mengajarkan bahwa orang harus melaksanakan tugasnya tanpa mengharapkan pahalanya. Menurut karmayoga, tindakan yang dilakukan oleh seseorang tidak dapat dihancurkan sebelum tindakan itu membuahkan hasil. Tidak ada kekuatan dialam semesta ini yang dapat menghentikan tindakan itu sehingga tidak membawa akibat. Contohnya apabila seseorang berbuat jahat maka ia harus menderita karenanya, begitu juga sebaliknya apabila seseorang berbuat baik maka ia akan mendapat pahala yang baik pula. Karena pada hakikatnya sesuatu sebab pasti membawa akibat, terhadap hal itu tidak ada suatu kekuatan yang dapat mengalahkannya.
            Manusia yang ideal menurut karmayoga ialah ia yang ditengah-tengahnya kesunyian dan kesepian menemukan kegiatan yang hebat dan ditengah-tengah kegiatan yang hebat menemukan ia menemukan kesunyian dan kesepian dan kesepian seperti layaknya di gurun pasir saja. Ini berarti ia telah mengerti rahasia penahanan nafsu dan telah menguasai dirinya sendiri. Menurut karmayoga kerja adalah suatu keharusan, tetapi hendaknya bekerja dengan tujuan yang tertinggi.
            Dwaita mengajarkan bekerjalah tanpa berhenti, tetapi lepaskanlah segala pengikatan kepada pekerjaan itu. Serahkan semua hasil kerja itu kepada Tuhan, karena pada hakikatnya apa yang dikerjakan oleh seseorang, apa yang didengar, rasakan, dan yang ia lihat semata-mata untuk Tuhan. Untuk pekerjaan-pekerjaan mulia apapun juga janganlah seseorang meminta pujian, semua itu adalah kepunyaan Tuhan, berikanlah buahnya kepada Tuhan.
            Dengan demikian karmayoga berusaha mencapai kebebasan yang menjadi tujuan tertinggi bagi semua umat manusia dengan jalan kerja. Tindakan yang didasarkan atas ego akan memperlambat jalannya kelepasan, sebaliknya tindakan tanpa keakuan akan mempercepat proses kelepasan itu. Hendaknya manusia hidup didunia ini hatinya selalu menghadap Tuhan dan tangannya pada pekerjaan.
            Karmayoga dalam dwaita juga termasuk melakukan upacara keagamaan yang dilakukan menurut petunjuk weda melalui kitab agama purana. Melakukan pemujaan melalui bentuk-bentuk simbolik dan mengulang mantra-mantra suci dalam pemujaan kepada Tuhan juga termasuk dalam pelaksanaan karmayoga.
            Srawana adalah mendengarkan petuah-petuah guru tentang isi kitab suci Weda, Agama, dan isi kitab purana, dalam mempelajari isi kitab suci menurut dwaita hendaknya dibimbing oleh seorang guru yang berwenang dibidang itu. Sehingga dengan demikian tujuan yang hendak dicapai akan mudah direlisir. Setelah melakukan srawana dilanjutkan dengan melakukan manana yaitu memahami, membahas, dan menguji apa yang didengar itu sehingga muncul keyakinan yang mendalam mengenai kebenaran yang didukung oleh kitab suci hendaknya dimeditasikan (dhyana) atau direnungkan secara mendalam sehingga orang akan mendapatkan pengetahuan tentang hakikat Tuhan dan hakikat dirinya sendiri. Pengetahuan ini akan melahirkan cinta kasih kepada Tuhan. Cuta kasih itu harus dipelihara oleh setiap orang didalam dirinya sendiri, sehingga menjadi cinta kasih yang terus-menerus kepada Tuhan.
            Melalui dhyana atau meditasi itulah diharapkan Tuhan berkenan menganugerahkan karunianya. Karena karunia itu manusia akan dapat merealisasikan hakikat Tuhan dan hakikat dirinya sendiri secara intuisi. Meditasi adalah sebagai penolong untuk hidup spiritual, karenadalam meditasi orang akan dapat melepaskan semua ikatan pada dirinya dan merasakan adanya getaran suci dari Tuhan Yang Maha Esa. Setelah semua disiplin yang disebutkan diatas dilakukan dengan baik, maka iapun akan mencapai kelepasan yaitu terlepasnya dari awidya. Dan akhirnya mereka terlepas dari ikatan samsara dalam hidup ini dan pula sesudahnya.

Ditulis Oleh : Unknown // 3:49 AM
Kategori:

0 komentar:

 

Followers