PANDANGAN YOGA DALAM PENGALAMAN
HIDUP
A. Pengertian Yoga secara Umum.
Istilah yoga dalam bahasa Sansekerta berasal
dari akar kata yuj yang berarti
pasangan. Ini dimaksudkan pasangan jiwa pribadi (jivatman) dengan jiwa
universal (paramatman). Wujud pelaksanaan yoga dirumuskan sebagai suatu sistem
untuk membudidayakan hidup ini untuk perilaku manusia yang lebih tepat. Dengan
tujuan antara lain untuk melengkapi kekurangan dan memelihara kesehatan baik dalam badan jasmani dan rohani serta
untuk pengembangan intelektual diri.
Filsafat
yoga adalah sumbangsih yang tak ternilai mutunya dari pilosopi Patanjali ini
bagi mereka yang merindukan adanya jiwa sebagai suatu identitas substansi yang
mandiri, terbebas dari batas-batas kehadiran badan jasmani, panca indra dan
pikiran.
Yoga berasal dari bahasa Sansakerta yang berarti
penyatuan, yang bermakna luas penyatuan dengan alam atau penyatuan dengan Sang
Pencipta. Yoga merupakan salah satu dari enam ajaran dalam filsafat Hindu, yang
menitikberatkan pada aktivitas meditasi dimana seseorang memusatkan seluruh
pikiran untuk mengontrol panca inderanya dan tubuhnya secara keseluruhan.
Masyarakat umum mengenal yoga sebagai aktifitas latihan utamanya asana (postur)
bagian dari Hatta Yoga. Yoga juga digunakan sebagai salah satu pengobatan
alternatif, biasanya hal ini dilakukan dengan latihan pernafasan oleh tubuh dan
meditasi yang telah dikenal dan dipraktikkan selama lebih dari 5000 tahun.
Banyak orang menyalah-artikan Yoga dan menganggap Yoga
sebagai ajaran tentang pose sulit yang hanya bisa dilakukan oleh ahli akrobat,
atau diasosiasikan sebagai ajaran mistik esoterik yang akan menjauhkan manusia
dari kehidupan bermasyarakat. Padahal, Yoga menawarkan banyak hal bagi kemajuan
manusia, baik sebagai individu, maupun sebagai bagian dari kehidupan sosial,
bahkan sebagai makhluk Tuhan. Yoga juga memiliki ajaran dan praktek yang dapat
diterapkan oleh orang yang ingin hidup sehat, bahagia dan berarti.
Secara singkat, ajaran dan praktek Yoga merupakan panduan
untuk keberhasilan memanfaatkan fungsi struktur manusia. Selain itu Yoga
merupakan ajaran yang universal, di dalamnya terkandung berbagai nilai
filosofis yang sempurna selain kajian tentang manusia, yaitu etika,
epistemologi, estetika. Nilai etis kemanusiaan menjadi dasar utama pelaksanaan
Yoga, keindahan gerak dan baris-baris mantra menunjukkan nilai estetika Yoga,
dan pemahaman tentang baik dan buruk, benar dan salah menjadi bagian dari nilai
epistemologi yang ditemukan dalam ajaran Yoga.
Yang menjadi inti dari ajaran Yoga menurut Rsi Patanjali
adalah Astangga Yoga yaitu delapan langkah menuju pada penyatuan atau
panunggalan
1.
Yama : pengekangan, ahimsa
- tanpa kekerasan dan tidak membunuh, satya
- benar dalam kata dan pikiran, asteya
- tidak mencuri, brahmacari - sebagai
santri tanpa melakukan hubungan seksual,
aparigraha - tanpa menerima hadiah yang tidak perlu.
2.
Niyama : berkebudayaan, menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan
baik, sauca -pensucian badan jasmani dengan makanan yang halal-sehat-bersih,
pikiran yang bersih-benar-lurus, santosa - puas akan seadanya, tapas -
melakukan tapabrata, tahan panas dan dingin, hujan dan angina, siang dan malam
dan sebagainya melalui sumpah yang keras, svadhyaya - membiasakan belajar
mendalami kitab-kitab suci, isvarpranidhana - meditasi kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
3.
Asana : badan jasmani harus sehat, teguh-kukuh dan lega
dengan berbagai postur seperti padmasana - tegak lurus, virasana - perkasa
dengan pahlawan, bhadrasana - lega dengan cendikiawan budiman dan sebagainya.
Juga postur lain-lain harus dipelajari seperti svastika, dandasana, supasrya, paryanka, kraunca,-nisadana,
hasti-nisadana, ustra-nisadana dan sebagainya.
4.
Pranayama :
pengaturan pernapasan keluar (recaka), penuh (puraka), henti (kumbhaka)
memperpanjang konsentrasi.
5.
Pratyahara :
menarik pancaindra dari objek-objek penglihatan, penciuman, pendengaran,
perasaan, dan perabaan (penyentuhan).
6.
Dharana :
disiplin mental, dengan jalan memusatkan pikiran pada objek tertentu, misalnya
batang hidung, titik pertemuan antara kedua alias mata, ubun-ubun dan
sebagainya.
7.
Dhyana :
meditasi yang lebih tinggi dan lebih lanjut tanpa henti dan tanpa gangguan
menuju renungan pada pusat pemikiran sebagai titik akhir.
8.
Samadhi : pikiran tenggelam pada saat objek yang
direnungkan.
B. Perspektif Atau Pandangan Yoga
dalam Pengalaman Hidup
Ajaran yoga sering kita lakukan dalam kehidupan
sehari-hari baik itu secara sadar ataupun tidak, yoga itu sifatnya universal
dan tidak hanya sebatas batasan tertentu saja. Kali ini saya akan memaparkan
beberapa peristiwa atau kejadian yang saya lakukan dari sejak kecil sampai saya
menginjak bangku kuliah, tentunya yang berkaitan dengan ajaran yoga. Adapun
pemaparannya akan disampaikan seperti dibawah ini.
Pertama adalah peristiwa pada saat berada di tingkat SD
yang dimana saya bersekolah di SD No.2 Selat. Saat itu saya bersama teman-teman
mengikuti pelajaran olahraga. Seperti biasa pelajaran olahraga itu dimulai
dengan pemanasan yaitu lari dari sekolah menuju banjar tetangga yang berjarak
dua kilometer. Dalam lari saya mengatur nafas saya dengan baik supaya tidak
mengalami sesak pada pernafasan saya dengan mengatur nafas dengan baik membuat
saya mampu berlari dengan baik dan irama langkah kaki saya tetap atau konstan
sehingga saya mampu kembali kesekolah dengan keadaan yang tidak kelelahan.
Selanjutnya pelajaran dilanjutkan oleh guru olahraga dengan gerakan-gerakan
inti yang berupa senam lantai. Jika dikaitkan dengan Yoga ini adalah tahap
Pranayama yang berarti pengaturan nafas atau prana sehingga menimbulkan energi
yang berguna bagi gerakan tubuh sehingga tidak mudah mengalami kelelahan.
Kejadian selanjutnya yang berhubungan dengan yoga adalah
setelah pelajaran olahraga selesai, saya bersama teman-teman mandi dan berganti
pakaian, dilanjutkan dengan pelajaran bahasa Indonesia, guru yang mengajar
adalah wali kelas saya, beliau sangat pintar dalam menyampaikan ilmu
pengetahuan kepada muridnya, sehingga pada saat pelajaran berlangsung perhatian
saya hanya terfokus kepada pelajaran yang disampaikan kebetulan materi yang
diajar adalah kesukaan saya sehingga saya dapat berkosenterasi penuh dengan
pelajaran itu. Dalam pandanga yoga tingkat kosenterasi pada satu objek tanpa
terganggu dengan objek yang lain adalah penerapan dari ajaran Dharana yang
berarti pemusatan pikiran kepada satu titik yang hendak dituju.
Selanjutnya adalah pada saat purnama, sekolah saya selalu
mengadakan persembahyangan bersama yang dipimpin oleh guru agama Hindu ditempat
saya, saat pemimpin upacara selesai nganteb banten dipadmasana, kemudian
dilanjutkan dengan keramaning sembah, untuk mengawalinya dilakukan Puja tri
Sandya oleh seluruh siswa. Dalam Tri Sandya terdapat sikap duduk atau sikap
badan untuk yang perempuan adalah Bajrasana dan yang laki-laki adalah Padmasana.
Sikap badan ini juga dijelaskan dalam ajaran yoga yaitu dalam Asana. Setelah
itu dilanjutkan dengan pranayama dengan mantra Om Ang Namah pada saat menarik nafas, Om Ung Namah pada saat menahan nafas, dan Om Mang Namah pada saat menghembuskan nafas. Hal ini juga
berhubungan dengan Pranayama pada ajaran Yoga.
Pada saat saya pulang dari sekolah, saya diajak oleh
bapak untuk membeli keperluan sekolah seperti buku tulis, pensil, penggaris,
pulpen, dan sebagainya. Pada waktu itu perasaan saya sangat bahagia karena
bapak membelikan apa yang menjadi keinginan saya. Dan hal ini membuat semangat
belajar saya semakin tinggi. Jika dihubungkan dengan ajaran yoga maka kejadian
ini berhubungan dengan ajaran Nyama yaitu sentausa yang berarti keadaan pikiran
yang damai,senang, dan bahagia karena tujuan yang diinginkan terpenuhi.
Pengalaman saya selanjutnya adalah pada saat saya bermain
dengan sepupu saya, disaat sedang asik bermain kemudian kami didatangi oleh
teman yang lain yang yang terkenal sangat nakal di kelas, ia mengejek kami
dengan panggilan yang aneh-aneh, sempat seupu saya marah dan hampir berkelahi
akan tetapi saya melarangnya karena dipikiran saya waktu itu adalah tidak ada
gunanya berkelahi toh juga dengan teman sekelas, jika saya tidak merespon
ejekannya dan tetap tenang lambat laun ia akan merasa bosan sendiri. Segera
saya menjauhkan sepupu saya dengan teman yang mengejek tersebut sehingga
perkelahian pun tidak terjadi. Menurut pandangan yoga tindakan saya termasuk
dalam ajaran Ahimsa yang berarti
tidak menyakiti atau membunuh, dengan menghindar dari masalah berarti saya
tidak menyakiti teman yang mengejek saya tersebut.
Pengalaman selanjutnya yaitu terjadi pada saat saya SMP
saya bersekolah Di SMP 2 Singaraja tetapi pada saat memasuki dunia pergaulan yang
baru bagi saya sangatlah sulit karena perbedaan latar belakang dari
teman-teman, seiring dengan berjalannya waktu saya mulai beradaptasi dengan
baik, saya juga memiliki banyak teman. Suatu
ketika saya dan teman saya pulang dari sekolah yang kebetulan pada saat
itu saya mendapatkan kelas sore, kami pulang jam 6 dan bersama teman-teman yang
berasal dari tukad mungga, anturan, pemaron dan kalibukbuk menunggu angkutan
didepan terminal, tapi sayang waktu itu angkutan tak satupun yang datang,
sampai akhirnya kami memutuskan untuk berjalan kaki dari banyuasri menuju rumah
masing-masing dengan harapan dijalan masih ada angkutan yang masih beroperasi.
Walaupun kami berjalan kaki tapi kami tetap merasa senang karena kami selingi
perjalanan kami dengan bernyanyi-nyanyi sambil bersenda gurau tak terasa kami
sudah tiba di desa pemaron dan satu dari kami sudah sampai dirumahnya. Yang
tersisa kembali melanjutkan perjalanan dan akhirnya didepan mesjid pemaron kami
dihampiri oleh angkutan yang baru pulang dari mengambil barang dan singkat
cerita kamipun di antar sampai rumah. Didalam ajaran yoga pengalaman ini
termasuk pada ajaran Nyama yaitu tapa
yang berarti Tahan panas dan dingin dalam hal ini diartikan mampu menahan
segala kondisi yang menyiksa diri kita selain itu ajaran Sentausa juga termasuk
kedalamnya karena saya mampu merasa damai dan senang walaupun saya berada dalam
keadaan yang kurang menyenangkan.
Hari libur adalah hari yang menyenangkan bagi saya karena
dapat berkumpul dengan keluarga. Pagi-pagi saya bangun dan menyelesaikan tugas
saya sendiri yaitu mencuci pakaian, bersih-bersih kamar setelah itu saya
membantu bapak dikebun untuk membersihkan rumput yang ada di bawah pohon mangga
sehingga nantinya pohon mangga tersebut dapat berbuah dengan lebat, saya
membersihkan rumput tersebut dengan menggunakan sebuah cangkul. Dengan senang
hati dan sabar saya melakukan kegiatan itu dengan menggunakan pengaturan nafas
yang baik s ehingga saya dapat membersihkan 10 pohon, jumlah yang lumayan
banyak bagi saya yang masih berumur 13 tahun. Tak terasa hari sudah siang
kemudian saya dan bapak kembali kerumah tiba-tiba ditengah perjalanan saya menemukan
seekor ular sawah yang berada tepat didepan saya, saya berhenti sejenak dan
tetap membiarkan sampai ular itu pergi dari hadapan saya. Dalam kajian yoga hal
ini termasuk dalam Yama yaitu ahimsa
yng berarti tidak menyakiti atau membunuh, padahal saya membawa sebuah cangkul
tapi saya tetap mambiarkan ular itu pergi.
Selanjutnya pada hari raya nyepi. Biasanya ibu saya
membuat beraneka ragam makanan yang digunakan untuk bekal di puncak hari raya
(sipeng), memang aneh kalau dipikir, yang seharusnya pada hari raya nyepi kita
melakukan brata tapi kebanyakan orang di masyarakat malah menyediakan aneka
makanan dan jajan sebagai bekal nyepi, akan tetapi setelah saya bersekolah saya
mengetahui kalau itu adalah keliru. Maka saya memutuskan untuk mencoba berpuasa
atau melakukan brata penyepian, saya memiliki suatu idea tau cara agar saya
tidak tergoda dengan makanan yang dibuat oleh ibu saya, yaitu dengan cara
mengurung diri didalam kamar dan menghabiskan waktu dengan membaca buku cerita dan
hasilnya saya mampu menahan rasa lapar dan haus walaupun tidak sempurna selama
24 jam penuh, tetapi saya mampu menahan rasa lapar itu selama 12 jam. Hal ini
sangat terkait dengan ajaran Nyama yaitu Tapah yang berarti tahan terhadap
penderitaan atau keadaan tahan akan panas dan dingin.
Setelah tamat SMA pada tahun 2005, saya disana karena
diantar oleh kakak saya mencari pekerjaan didaerah denpasar, hanya dengan bekal
50 ribu dari orang tua sayapun berangkat ke denpasar,.singkat cerita pertama
saya mendapatkan pekerjaan di sebuah garmen, saya merasa tertarik bekerja
disana karena ada teman dari rumah yang
bekerja disana, akan tetapi saya sama sekali tidak membawa perlengkapan seperti
pakaian dan perlengkapan mandi. Dan waktu itu saya belum memiliki sepeda motor.
Genaplah penderitaan saya disana. Karena baru pertama bekerja tentu upah atau
gajinya pun kecil tapi syukur gaji disana diberikan setiap minggu dengan
hitungan kerja per hari. Selama satu
bulan saya disana menderita tetapi saya harus kuat menghadapinya, dari
pengalaman itu menjadikan saya lebih dewasa dalam menjalani hidup. Akan tetapi
ujian yang saya alami bukan hanya masalah keuangan tetapi masalah sosial
disana, karena kebanyakan yang tinggal di mes adalah orang jawa yang fanatik,
sedangkan yang seagama dengan saya adalah teman saya dari kampung, peristiwa
demi peristiwa saya lalui di garmen itu tetapi kebanyakan tidak enak karena bos
garmen juga orang muslim jadi sudah tentu saya dan teman saya kurang mendapat
perhatian. Tetapi walaupun demikian adanya saya tetap sabar sambil menunggu
lowongan ditempat yang lain. Suatu ketika saya bertemu dengan teman yang
berasal dari jembrana tepatnya dari mendoyo, kami berdua diajak ketempatnya
bekerja dan dan akhirnya saya diajak untuk bekerja disana. Singkat cerita saya
sudah pindah dari garmen dan menuju pada usaha Span Lukisan, tetapi ditempat
ini saya tidak terlalu lama hanya selama 3 hari saya bekerja disana, karena
sudah ada panggilan dari restaurant yang terletak dijalan merdeka denpasar
renon disanalah saya baru mendapatkan suatu kesenangan dalam bekerja, walaupun
memasak bukan basic saya tetapi karena bos yang baik dan sangat peduli dengan
karyawan maka dengan cepat saya merasa nyaman disana. Didalam peristiwa diatas
terdapat beberapa ajaran Yoga yang diantaranya adalah Tapah yaitu tahan dengan
segala penderitaan, selanjutnya adalah Ahimsa yaitu tidak berusaha untuk
membuat orang lain sakit baik secara jasmani maupun rohani meski mendapat
perlakuan yang tidak adil.
Pengalaman yang berikutnya adalah ketika saya menginjak
bangku kuliah sebelum saya resmi menjadi mahasiswa IHDN Denpasar saya harus
menempuh beberapa proses dari yang pertama adalah pendaftaran, test tulis, dan
test lisan, setelah ketiga hal tersebut dilalui barulah melakukan pendaftaran
ulang, pas angkatan saya melaksanakan pendaftaran ulang dikampus bangli, saya
bersama teman – teman pergi bersama-sama untuk melakukan pendaftaran ulang.
Sesampainya di kampus bangli saya melihat pendaftar yang sedang mengantre,
rupanya saya agak sedikit terlambat, tanpa pikir panjang saya bersama teman
dari singaraja masuk dalam antrean tersebut. Tatapi karena antrean yang panjang
membuat perasaan menjadi jenuh, tetapi dalam hati saya baerpikir jika saya
keluar maka usaha saya akan sia-sia. Dengan sabar saya tetap manunggu giliran untuk
mendapat pelayanan dari pihak lembaga. Walaupun dalam waktu yang cukup lama
akan tetapi saya berhasil malakukan pendaftaran ulang tersebut. Jika dikaitkan
dengan ajaran yoga maka peristiwa diatas termasuk kedalam Tapah yaitu tahan akan keadaan yang tidak menyenangkan.
Setelah melakukan pendaftaran ulang kemudian dilanjutkan
dengan kegiatan upacara pewintenan saraswati. Untuk angkatan saya upacara
pawintenan dilaksanakan di pura melanting upacara ini adalah sebagai
pembersihan badan atau jasmani dan juga penyucian pikiran karena kami akan
mulai bergelut dengan kitab-kitab atau buku-buku yang berisikan tentang
pengetahuan weda didalam upacara ini juga terdapat banyak nilai-nilai yoga yang
terkandung didalamnya dimulai dari Nyama yaitu sauca yang berarti keadaan suci
lahir bathin, asana yaitu sikap badan dalam persembahyangan, pranayama dan lain
sebagainya.
Selesai melaksanakan pewintenan kamipun kembali kekampus
akan tetapi didalam bis yang saya tumpangi terdapat kelebihan muatan karena
salah satu penumpang dari bis lain masuk kedalam bis saya, akhirnya saya tidak
mendapatkan tempat duduk, akan tetapi walapun dalam keadaan seperti itu saya
tetap merasa senang dan sayapun berdiri sambil menghibur teman-teman dengan
lelucon-lelucon kecil selama perjalaan pulang. Ajaran yoga yang terkandung
dalam peristiwa ini adalah sastosa yang berarti selalu merasakan damai dan
bahagia.
Sesampainya didepan jalan Kresna kami turun dari bis dan
menuju kampus, dalam perjalanan kekampus saya berbincang-bincangdengan teman
yang baru saya kenal saat itu. Kamipun sampai dikampus dan mengambil motor
masing-masing dan pulang menuju rumah. Ditengah
perjalanan pulang saya menemukan selembar uang lima puluh ribuan akan
tetapi saya tidak berani mengambilnya karena saya merasa bahwa uang itu bukan
milik saya, perjalanan pun berlanjut dan akhirnya sampai pada rumah. Tidak
mengambil uang yang saya temukan dijalan itu merupakan bagian dari ajaran Asetya berarti tidak
mengambil milik orang lain. Ini berarti tidak melakukan pencurian.
Juga pencurian yang dilakukan secara mental. Mereka yang ingin mencuri
namun menahan diri karena takut tertangkap sesungguhnya secara
"mental" telah mencuri. Asetya berarti menahan diri dari
mencuri baik secara mental maupun fisik.
Selanjutnya adalah pada saat kuliah
semester satu tepatnya pada mata kuliah Pendidikan kewarga negaraan, Pak
Suarjaya yang menjadi dosen pada waktu itu mengadakan suatu perjanjian kepada
mahasiswa yaitu melaksanakan UAS di awali dengan mengadakan persembahyangan di
jagat nata jam 6 pagi. Sayapun berhasil menepati janji itu dan datang tepat
pada waktu yang ditentukan, yang kemudian acara dilanjutkan dengan
persembahyangan Puja Tri Sandya dan Keramaning sembah, selanjutnya untuk
mengisi waktu luang disi dengan dharma wacana yang waktu itu diisi oleh kadek
budiantari, setelah itu barulah ujian dimulai di kampus. Ajaran Yoga yang
tersirat dalam kegiatan diatas adalah ajaran Yama yaitu Satya yang berarti
setia atau selalu menepati janji, Asana dalam melakukan sikap persembahyangan,
dan Pranayama yaitu pengaturan nafas dalam persembahyangan.
Kemudian pengalaman di waktu
semester II, pada waktu itu pas jam istirahat saya bertemu dengan teman sekelas
waktu SMP yang, ia mengambil jurusan pendidikan Bahasa Bali, yang kebetulan
adalah seorang pemangku di pura Bakungan yang terletak di gilimanuk tepatnya
dialas cekik, saya merasa heran padahal dulunya ia adalah anak yang lumayan
berandal dan sekarang mendadak manjadi pemangku. Kamipun saling bercerita
tentang pengalaman kami masing-masing dan akhirnya ia yang mengajari saya
tentang berjapa mulai saat itu saya menggunakan japa mala kemanapun saya pergi
karena jika saya hendak berjapam bias dengan mudah melakukannya, karena dengan
berjapa berarti kita membersihkan diri kita dari karma-karma buruk yang masih
melekat pada diri kita. Hal ini jika dikaitkan dalam ajaran Yoga menyangkut
tentang Sauca yang berarti suci lahir batin, dan juga masuk kedalam Japa Yoga
yang dimana dalam berjapam menyebut Nama Tuhan atau mantram pemujaan terhadap
Beliau.
Demikianlah pemaparan dari pandangan
yoga dalam pengalaman hidup. Dan dari beberapa peristiwa yang saya alami
membuktikan bahwa Yoga tidak hanya melakukan asanas dan duduk diam untuk
berkosenterasi akan tetapi ajaran Yoga itu bersifat luas adanya dan sudah tersirat
kedalam kehidupan manusia.
SUMBER ACUAN
·
Wibawa,
Aripta, Made I, SH. Japa Yoga. Paramita Surabaya. 1998.
·
Patanjali,
T.Th. Yogasutra dalam Svami Sivananda, 1988. All About Hiduism (Diterjemahkan)
: Intisari Ajaran Hindu oleh Tim Penterjemah Yayasan Sanatana Dharmasrama,
1993. Surabaya : Paramita).
0 komentar:
Post a Comment