twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Friday, September 20, 2013

Yoga dalam hidup


PANDANGAN YOGA DALAM PENGALAMAN HIDUP

A. Pengertian Yoga secara Umum.
Istilah yoga dalam bahasa Sansekerta berasal dari akar kata yuj yang berarti pasangan. Ini dimaksudkan pasangan jiwa pribadi (jivatman) dengan jiwa universal (paramatman). Wujud pelaksanaan yoga dirumuskan sebagai suatu sistem untuk membudidayakan hidup ini untuk perilaku manusia yang lebih tepat. Dengan tujuan antara lain untuk melengkapi kekurangan dan memelihara kesehatan  baik dalam badan jasmani dan rohani serta untuk pengembangan intelektual diri.
Filsafat yoga adalah sumbangsih yang tak ternilai mutunya dari pilosopi Patanjali ini bagi mereka yang merindukan adanya jiwa sebagai suatu identitas substansi yang mandiri, terbebas dari batas-batas kehadiran badan jasmani, panca indra dan pikiran. 
            Yoga berasal dari bahasa Sansakerta yang berarti penyatuan, yang bermakna luas penyatuan dengan alam atau penyatuan dengan Sang Pencipta. Yoga merupakan salah satu dari enam ajaran dalam filsafat Hindu, yang menitikberatkan pada aktivitas meditasi dimana seseorang memusatkan seluruh pikiran untuk mengontrol panca inderanya dan tubuhnya secara keseluruhan. Masyarakat umum mengenal yoga sebagai aktifitas latihan utamanya asana (postur) bagian dari Hatta Yoga. Yoga juga digunakan sebagai salah satu pengobatan alternatif, biasanya hal ini dilakukan dengan latihan pernafasan oleh tubuh dan meditasi yang telah dikenal dan dipraktikkan selama lebih dari 5000 tahun.
            Banyak orang menyalah-artikan Yoga dan menganggap Yoga sebagai ajaran tentang pose sulit yang hanya bisa dilakukan oleh ahli akrobat, atau diasosiasikan sebagai ajaran mistik esoterik yang akan menjauhkan manusia dari kehidupan bermasyarakat. Padahal, Yoga menawarkan banyak hal bagi kemajuan manusia, baik sebagai individu, maupun sebagai bagian dari kehidupan sosial, bahkan sebagai makhluk Tuhan. Yoga juga memiliki ajaran dan praktek yang dapat diterapkan oleh orang yang ingin hidup sehat, bahagia dan berarti.
            Secara singkat, ajaran dan praktek Yoga merupakan panduan untuk keberhasilan memanfaatkan fungsi struktur manusia. Selain itu Yoga merupakan ajaran yang universal, di dalamnya terkandung berbagai nilai filosofis yang sempurna selain kajian tentang manusia, yaitu etika, epistemologi, estetika. Nilai etis kemanusiaan menjadi dasar utama pelaksanaan Yoga, keindahan gerak dan baris-baris mantra menunjukkan nilai estetika Yoga, dan pemahaman tentang baik dan buruk, benar dan salah menjadi bagian dari nilai epistemologi yang ditemukan dalam ajaran Yoga.
            Yang menjadi inti dari ajaran Yoga menurut Rsi Patanjali adalah Astangga Yoga yaitu delapan langkah menuju pada penyatuan atau panunggalan
1.      Yama : pengekangan, ahimsa - tanpa kekerasan dan tidak membunuh, satya - benar dalam kata dan pikiran, asteya - tidak mencuri, brahmacari - sebagai santri tanpa melakukan hubungan seksual, aparigraha - tanpa menerima hadiah yang tidak perlu.
2.      Niyama : berkebudayaan, menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan baik, sauca -pensucian badan jasmani dengan makanan yang halal-sehat-bersih, pikiran yang bersih-benar-lurus, santosa - puas akan seadanya, tapas - melakukan tapabrata, tahan panas dan dingin, hujan dan angina, siang dan malam dan sebagainya melalui sumpah yang keras, svadhyaya - membiasakan belajar mendalami kitab-kitab suci, isvarpranidhana - meditasi kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3.      Asana : badan jasmani harus sehat, teguh-kukuh dan lega dengan berbagai postur seperti padmasana - tegak lurus, virasana - perkasa dengan pahlawan, bhadrasana - lega dengan cendikiawan budiman dan sebagainya. Juga postur lain-lain harus dipelajari seperti svastika, dandasana, supasrya, paryanka, kraunca,-nisadana, hasti-nisadana, ustra-nisadana dan sebagainya.
4.      Pranayama : pengaturan pernapasan keluar (recaka), penuh (puraka), henti (kumbhaka) memperpanjang konsentrasi.
5.      Pratyahara : menarik pancaindra dari objek-objek penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, dan perabaan (penyentuhan).
6.      Dharana : disiplin mental, dengan jalan memusatkan pikiran pada objek tertentu, misalnya batang hidung, titik pertemuan antara kedua alias mata, ubun-ubun dan sebagainya.
7.      Dhyana : meditasi yang lebih tinggi dan lebih lanjut tanpa henti dan tanpa gangguan menuju renungan pada pusat pemikiran sebagai titik akhir.
8.      Samadhi : pikiran tenggelam pada saat objek yang direnungkan.

B. Perspektif  Atau Pandangan Yoga dalam Pengalaman Hidup
            Ajaran yoga sering kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari baik itu secara sadar ataupun tidak, yoga itu sifatnya universal dan tidak hanya sebatas batasan tertentu saja. Kali ini saya akan memaparkan beberapa peristiwa atau kejadian yang saya lakukan dari sejak kecil sampai saya menginjak bangku kuliah, tentunya yang berkaitan dengan ajaran yoga. Adapun pemaparannya akan disampaikan seperti dibawah ini.
            Pertama adalah peristiwa pada saat berada di tingkat SD yang dimana saya bersekolah di SD No.2 Selat. Saat itu saya bersama teman-teman mengikuti pelajaran olahraga. Seperti biasa pelajaran olahraga itu dimulai dengan pemanasan yaitu lari dari sekolah menuju banjar tetangga yang berjarak dua kilometer. Dalam lari saya mengatur nafas saya dengan baik supaya tidak mengalami sesak pada pernafasan saya dengan mengatur nafas dengan baik membuat saya mampu berlari dengan baik dan irama langkah kaki saya tetap atau konstan sehingga saya mampu kembali kesekolah dengan keadaan yang tidak kelelahan. Selanjutnya pelajaran dilanjutkan oleh guru olahraga dengan gerakan-gerakan inti yang berupa senam lantai. Jika dikaitkan dengan Yoga ini adalah tahap Pranayama yang berarti pengaturan nafas atau prana sehingga menimbulkan energi yang berguna bagi gerakan tubuh sehingga tidak mudah mengalami kelelahan.
            Kejadian selanjutnya yang berhubungan dengan yoga adalah setelah pelajaran olahraga selesai, saya bersama teman-teman mandi dan berganti pakaian, dilanjutkan dengan pelajaran bahasa Indonesia, guru yang mengajar adalah wali kelas saya, beliau sangat pintar dalam menyampaikan ilmu pengetahuan kepada muridnya, sehingga pada saat pelajaran berlangsung perhatian saya hanya terfokus kepada pelajaran yang disampaikan kebetulan materi yang diajar adalah kesukaan saya sehingga saya dapat berkosenterasi penuh dengan pelajaran itu. Dalam pandanga yoga tingkat kosenterasi pada satu objek tanpa terganggu dengan objek yang lain adalah penerapan dari ajaran Dharana yang berarti pemusatan pikiran kepada satu titik yang hendak dituju.
            Selanjutnya adalah pada saat purnama, sekolah saya selalu mengadakan persembahyangan bersama yang dipimpin oleh guru agama Hindu ditempat saya, saat pemimpin upacara selesai nganteb banten dipadmasana, kemudian dilanjutkan dengan keramaning sembah, untuk mengawalinya dilakukan Puja tri Sandya oleh seluruh siswa. Dalam Tri Sandya terdapat sikap duduk atau sikap badan untuk yang perempuan adalah Bajrasana dan yang laki-laki adalah Padmasana. Sikap badan ini juga dijelaskan dalam ajaran yoga yaitu dalam Asana. Setelah itu dilanjutkan dengan pranayama dengan mantra Om Ang Namah pada saat menarik nafas, Om Ung Namah pada saat menahan nafas, dan Om Mang Namah pada saat menghembuskan nafas. Hal ini juga berhubungan dengan Pranayama pada ajaran Yoga.
            Pada saat saya pulang dari sekolah, saya diajak oleh bapak untuk membeli keperluan sekolah seperti buku tulis, pensil, penggaris, pulpen, dan sebagainya. Pada waktu itu perasaan saya sangat bahagia karena bapak membelikan apa yang menjadi keinginan saya. Dan hal ini membuat semangat belajar saya semakin tinggi. Jika dihubungkan dengan ajaran yoga maka kejadian ini berhubungan dengan ajaran Nyama yaitu sentausa yang berarti keadaan pikiran yang damai,senang, dan bahagia karena tujuan yang diinginkan terpenuhi.
            Pengalaman saya selanjutnya adalah pada saat saya bermain dengan sepupu saya, disaat sedang asik bermain kemudian kami didatangi oleh teman yang lain yang yang terkenal sangat nakal di kelas, ia mengejek kami dengan panggilan yang aneh-aneh, sempat seupu saya marah dan hampir berkelahi akan tetapi saya melarangnya karena dipikiran saya waktu itu adalah tidak ada gunanya berkelahi toh juga dengan teman sekelas, jika saya tidak merespon ejekannya dan tetap tenang lambat laun ia akan merasa bosan sendiri. Segera saya menjauhkan sepupu saya dengan teman yang mengejek tersebut sehingga perkelahian pun tidak terjadi. Menurut pandangan yoga tindakan saya termasuk dalam ajaran Ahimsa yang berarti tidak menyakiti atau membunuh, dengan menghindar dari masalah berarti saya tidak menyakiti teman yang mengejek saya tersebut.
            Pengalaman selanjutnya yaitu terjadi pada saat saya SMP saya bersekolah Di SMP 2 Singaraja tetapi pada saat memasuki dunia pergaulan yang baru bagi saya sangatlah sulit karena perbedaan latar belakang dari teman-teman, seiring dengan berjalannya waktu saya mulai beradaptasi dengan baik, saya juga memiliki banyak teman. Suatu  ketika saya dan teman saya pulang dari sekolah yang kebetulan pada saat itu saya mendapatkan kelas sore, kami pulang jam 6 dan bersama teman-teman yang berasal dari tukad mungga, anturan, pemaron dan kalibukbuk menunggu angkutan didepan terminal, tapi sayang waktu itu angkutan tak satupun yang datang, sampai akhirnya kami memutuskan untuk berjalan kaki dari banyuasri menuju rumah masing-masing dengan harapan dijalan masih ada angkutan yang masih beroperasi. Walaupun kami berjalan kaki tapi kami tetap merasa senang karena kami selingi perjalanan kami dengan bernyanyi-nyanyi sambil bersenda gurau tak terasa kami sudah tiba di desa pemaron dan satu dari kami sudah sampai dirumahnya. Yang tersisa kembali melanjutkan perjalanan dan akhirnya didepan mesjid pemaron kami dihampiri oleh angkutan yang baru pulang dari mengambil barang dan singkat cerita kamipun di antar sampai rumah. Didalam ajaran yoga pengalaman ini termasuk pada ajaran Nyama yaitu tapa yang berarti Tahan panas dan dingin dalam hal ini diartikan mampu menahan segala kondisi yang menyiksa diri kita selain itu ajaran Sentausa juga termasuk kedalamnya karena saya mampu merasa damai dan senang walaupun saya berada dalam keadaan yang kurang menyenangkan.
            Hari libur adalah hari yang menyenangkan bagi saya karena dapat berkumpul dengan keluarga. Pagi-pagi saya bangun dan menyelesaikan tugas saya sendiri yaitu mencuci pakaian, bersih-bersih kamar setelah itu saya membantu bapak dikebun untuk membersihkan rumput yang ada di bawah pohon mangga sehingga nantinya pohon mangga tersebut dapat berbuah dengan lebat, saya membersihkan rumput tersebut dengan menggunakan sebuah cangkul. Dengan senang hati dan sabar saya melakukan kegiatan itu dengan menggunakan pengaturan nafas yang baik s ehingga saya dapat membersihkan 10 pohon, jumlah yang lumayan banyak bagi saya yang masih berumur 13 tahun. Tak terasa hari sudah siang kemudian saya dan bapak kembali kerumah tiba-tiba ditengah perjalanan saya menemukan seekor ular sawah yang berada tepat didepan saya, saya berhenti sejenak dan tetap membiarkan sampai ular itu pergi dari hadapan saya. Dalam kajian yoga hal ini termasuk dalam Yama yaitu ahimsa yng berarti tidak menyakiti atau membunuh, padahal saya membawa sebuah cangkul tapi saya tetap mambiarkan ular itu pergi.
            Selanjutnya pada hari raya nyepi. Biasanya ibu saya membuat beraneka ragam makanan yang digunakan untuk bekal di puncak hari raya (sipeng), memang aneh kalau dipikir, yang seharusnya pada hari raya nyepi kita melakukan brata tapi kebanyakan orang di masyarakat malah menyediakan aneka makanan dan jajan sebagai bekal nyepi, akan tetapi setelah saya bersekolah saya mengetahui kalau itu adalah keliru. Maka saya memutuskan untuk mencoba berpuasa atau melakukan brata penyepian, saya memiliki suatu idea tau cara agar saya tidak tergoda dengan makanan yang dibuat oleh ibu saya, yaitu dengan cara mengurung diri didalam kamar dan menghabiskan waktu dengan membaca buku cerita dan hasilnya saya mampu menahan rasa lapar dan haus walaupun tidak sempurna selama 24 jam penuh, tetapi saya mampu menahan rasa lapar itu selama 12 jam. Hal ini sangat terkait dengan ajaran Nyama yaitu Tapah yang berarti tahan terhadap penderitaan atau keadaan tahan akan panas dan dingin.
            Setelah tamat SMA pada tahun 2005, saya disana karena diantar oleh kakak saya mencari pekerjaan didaerah denpasar, hanya dengan bekal 50 ribu dari orang tua sayapun berangkat ke denpasar,.singkat cerita pertama saya mendapatkan pekerjaan di sebuah garmen, saya merasa tertarik bekerja disana karena ada teman  dari rumah yang bekerja disana, akan tetapi saya sama sekali tidak membawa perlengkapan seperti pakaian dan perlengkapan mandi. Dan waktu itu saya belum memiliki sepeda motor. Genaplah penderitaan saya disana. Karena baru pertama bekerja tentu upah atau gajinya pun kecil tapi syukur gaji disana diberikan setiap minggu dengan hitungan  kerja per hari. Selama satu bulan saya disana menderita tetapi saya harus kuat menghadapinya, dari pengalaman itu menjadikan saya lebih dewasa dalam menjalani hidup. Akan tetapi ujian yang saya alami bukan hanya masalah keuangan tetapi masalah sosial disana, karena kebanyakan yang tinggal di mes adalah orang jawa yang fanatik, sedangkan yang seagama dengan saya adalah teman saya dari kampung, peristiwa demi peristiwa saya lalui di garmen itu tetapi kebanyakan tidak enak karena bos garmen juga orang muslim jadi sudah tentu saya dan teman saya kurang mendapat perhatian. Tetapi walaupun demikian adanya saya tetap sabar sambil menunggu lowongan ditempat yang lain. Suatu ketika saya bertemu dengan teman yang berasal dari jembrana tepatnya dari mendoyo, kami berdua diajak ketempatnya bekerja dan dan akhirnya saya diajak untuk bekerja disana. Singkat cerita saya sudah pindah dari garmen dan menuju pada usaha Span Lukisan, tetapi ditempat ini saya tidak terlalu lama hanya selama 3 hari saya bekerja disana, karena sudah ada panggilan dari restaurant yang terletak dijalan merdeka denpasar renon disanalah saya baru mendapatkan suatu kesenangan dalam bekerja, walaupun memasak bukan basic saya tetapi karena bos yang baik dan sangat peduli dengan karyawan maka dengan cepat saya merasa nyaman disana. Didalam peristiwa diatas terdapat beberapa ajaran Yoga yang diantaranya adalah Tapah yaitu tahan dengan segala penderitaan, selanjutnya adalah Ahimsa yaitu tidak berusaha untuk membuat orang lain sakit baik secara jasmani maupun rohani meski mendapat perlakuan yang tidak adil.
            Pengalaman yang berikutnya adalah ketika saya menginjak bangku kuliah sebelum saya resmi menjadi mahasiswa IHDN Denpasar saya harus menempuh beberapa proses dari yang pertama adalah pendaftaran, test tulis, dan test lisan, setelah ketiga hal tersebut dilalui barulah melakukan pendaftaran ulang, pas angkatan saya melaksanakan pendaftaran ulang dikampus bangli, saya bersama teman – teman pergi bersama-sama untuk melakukan pendaftaran ulang. Sesampainya di kampus bangli saya melihat pendaftar yang sedang mengantre, rupanya saya agak sedikit terlambat, tanpa pikir panjang saya bersama teman dari singaraja masuk dalam antrean tersebut. Tatapi karena antrean yang panjang membuat perasaan menjadi jenuh, tetapi dalam hati saya baerpikir jika saya keluar maka usaha saya akan sia-sia. Dengan sabar saya tetap manunggu giliran untuk mendapat pelayanan dari pihak lembaga. Walaupun dalam waktu yang cukup lama akan tetapi saya berhasil malakukan pendaftaran ulang tersebut. Jika dikaitkan dengan ajaran yoga maka peristiwa diatas termasuk kedalam Tapah yaitu tahan akan keadaan yang tidak menyenangkan.
            Setelah melakukan pendaftaran ulang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan upacara pewintenan saraswati. Untuk angkatan saya upacara pawintenan dilaksanakan di pura melanting upacara ini adalah sebagai pembersihan badan atau jasmani dan juga penyucian pikiran karena kami akan mulai bergelut dengan kitab-kitab atau buku-buku yang berisikan tentang pengetahuan weda didalam upacara ini juga terdapat banyak nilai-nilai yoga yang terkandung didalamnya dimulai dari Nyama yaitu sauca yang berarti keadaan suci lahir bathin, asana yaitu sikap badan dalam persembahyangan, pranayama dan lain sebagainya.
            Selesai melaksanakan pewintenan kamipun kembali kekampus akan tetapi didalam bis yang saya tumpangi terdapat kelebihan muatan karena salah satu penumpang dari bis lain masuk kedalam bis saya, akhirnya saya tidak mendapatkan tempat duduk, akan tetapi walapun dalam keadaan seperti itu saya tetap merasa senang dan sayapun berdiri sambil menghibur teman-teman dengan lelucon-lelucon kecil selama perjalaan pulang. Ajaran yoga yang terkandung dalam peristiwa ini adalah sastosa yang berarti selalu merasakan damai dan bahagia.
            Sesampainya didepan jalan Kresna kami turun dari bis dan menuju kampus, dalam perjalanan kekampus saya berbincang-bincangdengan teman yang baru saya kenal saat itu. Kamipun sampai dikampus dan mengambil motor masing-masing dan pulang menuju rumah. Ditengah  perjalanan pulang saya menemukan selembar uang lima puluh ribuan akan tetapi saya tidak berani mengambilnya karena saya merasa bahwa uang itu bukan milik saya, perjalanan pun berlanjut dan akhirnya sampai pada rumah. Tidak mengambil uang yang saya temukan dijalan itu merupakan bagian dari ajaran Asetya berarti tidak mengambil milik orang lain.  Ini berarti tidak melakukan pencurian.  Juga pencurian yang dilakukan secara mental.  Mereka yang ingin mencuri namun menahan diri karena takut tertangkap sesungguhnya secara "mental" telah mencuri. Asetya berarti menahan diri dari mencuri baik secara mental maupun fisik.
            Selanjutnya adalah pada saat kuliah semester satu tepatnya pada mata kuliah Pendidikan kewarga negaraan, Pak Suarjaya yang menjadi dosen pada waktu itu mengadakan suatu perjanjian kepada mahasiswa yaitu melaksanakan UAS di awali dengan mengadakan persembahyangan di jagat nata jam 6 pagi. Sayapun berhasil menepati janji itu dan datang tepat pada waktu yang ditentukan, yang kemudian acara dilanjutkan dengan persembahyangan Puja Tri Sandya dan Keramaning sembah, selanjutnya untuk mengisi waktu luang disi dengan dharma wacana yang waktu itu diisi oleh kadek budiantari, setelah itu barulah ujian dimulai di kampus. Ajaran Yoga yang tersirat dalam kegiatan diatas adalah ajaran Yama yaitu Satya yang berarti setia atau selalu menepati janji, Asana dalam melakukan sikap persembahyangan, dan Pranayama yaitu pengaturan nafas dalam persembahyangan.
            Kemudian pengalaman di waktu semester II, pada waktu itu pas jam istirahat saya bertemu dengan teman sekelas waktu SMP yang, ia mengambil jurusan pendidikan Bahasa Bali, yang kebetulan adalah seorang pemangku di pura Bakungan yang terletak di gilimanuk tepatnya dialas cekik, saya merasa heran padahal dulunya ia adalah anak yang lumayan berandal dan sekarang mendadak manjadi pemangku. Kamipun saling bercerita tentang pengalaman kami masing-masing dan akhirnya ia yang mengajari saya tentang berjapa mulai saat itu saya menggunakan japa mala kemanapun saya pergi karena jika saya hendak berjapam bias dengan mudah melakukannya, karena dengan berjapa berarti kita membersihkan diri kita dari karma-karma buruk yang masih melekat pada diri kita. Hal ini jika dikaitkan dalam ajaran Yoga menyangkut tentang Sauca yang berarti suci lahir batin, dan juga masuk kedalam Japa Yoga yang dimana dalam berjapam menyebut Nama Tuhan atau mantram pemujaan terhadap Beliau.
            Demikianlah pemaparan dari pandangan yoga dalam pengalaman hidup. Dan dari beberapa peristiwa yang saya alami membuktikan bahwa Yoga tidak hanya melakukan asanas dan duduk diam untuk berkosenterasi akan tetapi ajaran Yoga itu bersifat luas adanya dan sudah tersirat kedalam kehidupan manusia.

SUMBER ACUAN

·         Wibawa, Aripta, Made I, SH. Japa Yoga. Paramita Surabaya. 1998.
·         Patanjali, T.Th. Yogasutra dalam Svami Sivananda, 1988. All About Hiduism (Diterjemahkan) : Intisari Ajaran Hindu oleh Tim Penterjemah Yayasan Sanatana Dharmasrama, 1993. Surabaya : Paramita).

Ditulis Oleh : Unknown // 10:41 PM
Kategori:

0 komentar:

 

Followers