YADNYA DALAM KELANGSUNGAN HIDUP UMAT HINDU
Kata Yadnya berasal dari bahasa Sansekerta, akar-akar “Yaj”,
yang artinya memuja, mempersembahkan, pengorbanan, menjadikan
suci.Prinsip-prinsip yang harus dipegang dalam Yadnya yaitu keikhlasan,
kesucian dan pengabdian tanpa pamrih.
Dalam Atharwa Weda XVII.3 dinyatakan bentuk Yadnya
yang paling tinggi adalah pengorbanan lahir batin. Maka dari itu semangat
patriotisme yang diajarkan dalam Bhagawadgita, Mahabharata, Ramayana sangat
tepat ksatria yang ber Yadnya di medan perang. Maknanya sebagai pembela tanah
air, menegakkan kebenaran dan keadilan.
Jadi
berdasarkan uraian tersebut, Yadnya sebagai amalan agama mengandung pengertian:
1.
Merupakan sistem persembahyangan
dalam kontak memuja Tuhan Yang Maha Esa.
2.
Merupakan prinsip berkorban agar
umat bersedia, rela dan menyadari bahwa berkorban itu sebagai pemeliharaan
kelangsungan hidup menuju hidup bahagia.
Bukankah akibat Tuhan berbuat Yadnya itu menimbulkan rnam.Rnam
berarti hutang.Kemudian agar tercipta hokum keseimbangan, maka rnam itu
harus dibayarkan dengan Yadnya. Demikian adanya atas dasar Tri Rna.
Dibayar dengan Panca Yadnya yakni:
a. Dewa Rna dibayar dengan Dewa Yadnya dan
dibayar dengan Bhuta Yadnya.
b. Rsi Rna dibayarkan dengan Rsi Yadnya.
c. Pitra Rna dibayar dengan Rsi Yadnya dan
Manusa Yadnya.
Memang konsep agama hindu adalah mewujudkan keseimbangan.
Denganterwujudnya keseimbangan, berarti terwujud pula keharmonisan hidup yang
didambakan oleh setiap orang di dunia.Untuk umat Hindu yang diidam-idamkan
adalah terwujudnya keseimbangan antar manusia dengan Tuhannya, antara manusia
dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya.Maka dari itu, Yadnya mutlak
diperlukan.
Ada
dua macam Panca Yadnya, yaitu:
1.
Panca Yadnya berdasarkan sarana dan
bentuk pelaksanaannya.
2.
Panca Yadnya berdasarkan tujuan dan
objek yang dituju, Yadnya ini disebut Panca Maha Yadnya.
Pertama:
Panca
Yadnya berdasarkan sarana dan bentuk pelaksanaan dalam Bisma Parwa dijelaskan:
a.
Drewaya Yadnya, adalah Yadnya yang mempergunakan
harta milik sebagai sarana korban.
b.
Tapa Ydnya, adalah Yadnya dengan melaksanakan
tapa, yaitu tahan uji tahan derita sebagai sarana berkorban.
c.
Jnana Yadnya, adalah Yadnya dengan menyumbangkan
kebijaksanaan, ilmu pengetahuan, member pandangan-pandangan, atau buah pikiran
yang berguna, sebagai sarana korban.
d.
Yoga Yadnya, adalah Yadnya dengan pengamalan
yoga, yaitu menghubungkan diri pada Sang Hyang Widhi melalui
jenjangan-jenjangan yoga. Bahkan sampai dengan tingkat tertingi yakni semadhi,
sebagai sarana berkorban.
e.
Swadyaya Yadnya, adalah Yadnya dengan mengorbankan
diri demi kepentingan dharma. Seperti halnya para pahlawan kemerdekaan, mereka
mengorbankan diri demi sebuah kemerdekaan. Ini juga disebut Yadnya.
Kedua:
Panca
Yadnya berdasarkan tujuan dan obyek yang dituju.Dalam kitab Manawa
Dharmasastra III. 70 tersurat:
“Adhyapanam
brahma Yajnah,
pitryapastu
tarpanam,
homo
daiwo balikbaurto,
nryajna
‘tihti pujanam.”
|
Artinya
:
Mengajar
dan belajar adalah Yadnya bagi Brahmana, menghaturkan minyak, susu adalah
Yadnya untuk para Dewa, menghaturkan bali adalah Yadnya untuk para bhuta, dan
penerimaan tamu dengan ramah tamah adalah Yadnya bagi manusia.
|
jadi, berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan Panca Yadnya itu sebagai berikut:
1.
Dewa Yadnya, adalah Yadnya yang ditujukan untuk
para Dewa.
Asal kata Dewabersal dari bahasa Sanskrit “Div” yang
artinya sinar suci, jadi pengertian Dewa adalah sinar suci yang merupakan
manifestasi dari Tuhan yang oleh umat Hindu di Bali menyebutnya Ida Sanghyang
Widhi Wasa.
2.
Rsi Yadnya, adalah Yadnya yang ditujukan
kepada brahmana atau para Rsi.
Rsi artinya orang suci sebagai rokhaniawan bagi masyarakat
Umat Hindu di Bali.
3.
Pitra Yadnya, adalah Yadnya yang ditujukan pada
leluhur.
Pitra
artinya arwah manusia yang sudah meninggal.
4.
Bhuta Yadnya, adalah Yadnya yang ditujukan
kepada para Bhuta Kala.
Bhuta
artinya unsur-unsur alam.
5.
Manusa Yadnya, adalah Yadnya yang ditujukan pada
manusia.
Manusa artinya manusia.
0 komentar:
Post a Comment