twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Friday, September 20, 2013

Pasek Gelgel


BABAD PASEK GELGEL
Oleh : I Ketut Juli Sastrawan

 
PENDAHULUAN
Salah satu warisan budaya Bali yang masih hidup di tengah-tengah masyarakat Balisampai sekarang adalah babad. Berbicara masalah babad di Bali kita tidak dapatmelupakan jasa-jasa para pecinta kebudayaan Bali untuk mengumpulkan naskah–naskahkuno berbentuk lontar di agar terhindar dari kerusakan dan kemusnahan.Babad di Bali pada umumnya memiliki 2 bentuk, yaitu berbentuk prosa (ganjaran)seperti
 Babad Dalem, Babad Pasek, Babad pengakan Timbul 
dan sebagainya.dan yangkedua berbentuk puisi (tembang, geguritan) seperti sinom uwug Payangan, geguritanrusak Buleleng, ditulis di atas lontar yang menggunakan bahasa Jawa kuno atau bahasaKawi. Dari segi isinya, pada umumnya lebih banyak menceritakan masalah sejarahkeluarga sehingga bersifat lebih genealogis.Babad sebagai Historiografi lokal masih bisadiklasifikasikan lagi yaitu ada yang bersifat umum yaitu dapat dianggap sebagai induk seperti babad Dalem, Pemancangah, Usana Bali, Usana Jawa yang menceritakankedatangan arya ke Bali.dari Jawa sampai dengan masa kerajaan Gelgel.Ada jenis babadyang hanya satu kelompok dari keluarga tertentu seperti Babad Pasek, prasasti Pande,Babad Catur Brahmana, dan masih ada lagi sejarah keluarga yang lebih kecil, antara lain palelintih sira arya gajah lan sira arya getas ,Pemancangah Anak Agung Karangasem,babad Pande Tonja , babad bendesa Manik Mas . Babad dapat juga dikelompokan dalamkaitannya dengan sejarah pemerintahan atau sejarah pemerintahan atau sejarahkerajaan ,seperti babad mengwi , babad buleleng , babad Manggis Gianyar ,babadSukawati , babad Blahpatuh . Hampir semua isinya menceritakan keluarga raja-raja yangmemerintah sehingga bersifat istana sentris atau raja kultus . Di samping sejarahkeluarga ,ada babad yang menceritakan masalah runtuhnya suatu kerajaan karena peperangan ,antara lain dengan istilah uwug ,rusak,rereg yang berati hancur .
Beberapamasalah yang dihadapi dalam upaya melestarikan babad di Bali adalah masalah penyelamatan naskah yang berupa lontar agar terhindar agar dari proses kerusakan .Dalam usaha pelestarikan ini diperlukan penanganan serius dari seluruh pihak .Salah satucara melestarikan Babad di Bali adalah dengan cara melakukan pelestarian naskahmenerus dari satu generasi ke generasi berikutnya. Masyarakat Bali sampai sekarangmasih memfungsikan Babad lebih mengutamakan untuk menelusuri sejarah keluarga.
1
 
Itulah sebabnya timbul usaha untuk menulis sejarah keluarganya. Menurut pandangandan keyakinan masyarakat Bali bahwa fungsi babad adalah untuk mencatat silsilah paraleluhur dengan baik dan dijauhkkan dari segala dosa, sehingga hubungan keluarga bisa bersatu padu dan berbakti kepada leluhur agar mendapatkan keselamatan sampai ke anak cucu.
PENGARTOS
Babad punika pengartos nyane medaging cerita-cerita silsilah leluhur utawi kawitan jadma sane kakawi mangda keturunan nyane uning saparindik kawitan nyane utawiingkah-ingkuh babad nyane. Babad inggih punika ceritra indik silsilah kaluarga mawitsaking pamargin para leluhure saking Nusa ke Nusa.
SEJARAH KERAJAAN RING BALI
Babad punika sampun wenten saking abad ke-16. Ring rumasane punika kerajaanMajapahit sampun nguasain gumi Baline. Krama Baline sampun polih maagama Hindu.Para krama baline sampun polih kapalih antuk catur warna lan wangsa.Catur warnakapalih antuk Brahman (Ida Bagus,Ida Ayu), ksatria (Cokorda,Dewa), waisia (Gusti), lansudra. Ring Bali wenten masih petita wangsa lan Kawula Wisudha.Madasar saking prasasti Sukawana, sadurung Kerajaan Majapahit Bali kaprintahantuk makudang-kudang kerajaan. Kerajaan sane kapertama wenten ring Bulelengmawasta
Singamawanda
. Rajane mawasta Sri ratu Ugrasena. Kerajaan sane lianan inggih punika kerajaan
Singadawala
ring Besakih, sane kaprintah antuk Dinasti Warmadewa.Rajane punika maparab Sri Kesari Warmadewa, sane kadados raja Purnawarman ringkerajaan Tarumanegara ring Jawa Barat. Kerajaan Singadawala dados ngaonin kerajaanSingamawanda. Raris raja sane lianan sane ngwasain Kerajaan Singadwala punika ringtahun 1343, Gadjah mada lan pasukan Majapahit polih ngalahin raja Bali Sri AstasuraRatna bumi banten. Puniki ngawinin gumi baline kaprintah antuk Kerajaan Majapahit.Raja sane kapertama puniki Sri Aji Kresna Kepakisan. Luirin ipun wenten makudang-makudang arya sane dados senopati. Punika dasar sejarah babad
 
WIGUNAN BABAD RING KRAMA BALI
Sekadi sane sampun kebaosan ring ajeng, babad punika medaging crita kawitan jadma. Olih krana punika penyusunan babad puniki meguna mangda kruna Bali sinamiankeuningin napi kawitan nyane. Krane karma Bali galah sekadi mangkin sampun kedik sane uning saparindik kawitan nyane. Duaning babad punika maguna ring utsahanglestariang warisan budaya leluhur. Babad punika masih dados unsure seni kasusastraan bali sane patut kelestariang.
PENGERTIAN BABAD
Istilah babad tidak hanya dipergunakan di wilayah Bali. Istilah-istilah ini ternyata juga dikenal di wilayah Jawa, Lombok, dan Madura. Di wilayah lainnya, babad dikenaldengan nama yang berbeda. Misalnya di Sulawesi Selatan dikenal dengan
Tambo
,ataupun di Kalimantan dan Sumatera dikenal dengan istilah hikayat.Dengan beberapa daerah itu, para peneliti mencoba mendeskripsikan arti dari babaditu sendiri. Menurut Darusuprapto(1976), babad merupakan salah satu jenis sastra-sejarah berbahasa Jawa baru yang penamaannya beraneka ragam, antara lain berdasarkan namadiri, nama geografi, nama peristiwa, atau yang lainnya. Lain lagi dengan SartonoKartodirdjo (1968) yang mendeskripsikan babad sebagai suatu penulisan sejarahtradisional atau historigrafi yang membentangkan riwayat, dimana sifat-sifat dan tingkatkultur mempengaruhi bahkan menentukan bentuk itu sehingga historigrafi selalumencerminkannya. Menurut Soekmono (1973), babad merupakan cerita sejarah yang biasanya lebih berupa cerita daripada uraian sejarah. Teeuw (1984) menejelaskan babadsebgai teks-teks historic atau genealogic yang mengandung unsure-unsur kesusatraan.Itulah banyak pengertian mengenai babad, yang diharapkan akan lebih memapankan kitadalam menghayati unsur-unsur dalam babad.
HAKIKAT BABAD
Babad telah dikembangkan sedemikian rupa oleh beberapa penulis ulangnya. Realitas babad yang merupakan titik temu sejarah dan sastra, dalam masa ini telah menunjukkan bentuk baru dari naskah aslinya. Dengan demikian, babad tidaklah mutlak merupakandokumen sejarah, tetapi dilihat juga sebagai teks hasil kreatifitas dalam menafsirkan dan
3
 
membayangkan sejarah, tentunya dalam rangka pandangan dunia masyarakat Bali. Olehkarena itu babad menjadi semacam model gaya bercerita yang laku dimasyarakat. Itulahmengapa penulis babad lebih menekankan karyanya pada pemberian makna daneksistensi manusia lewat cerita, meskipun adapula peristiwa yang barangkali tidak benar secara factual tetapi masuk akal secara maknawi. Memang kita sadari ketika kitamemasuki cerita dalam babad, kita ada dalam regangan antara sejarah dan kisah. Adanyarekaan dan kenyataan dalam sastra memiliki hubungan dialektik(tiruan tidak mungkintanpa kreasi, dan kreasi tidak mungkin tanpa tiruan) cukup memperjelas bahwakeberadaan dan perpaduan kenyataan dan impian merupakan hal hakiki untuk kitasebagai manusia., Faktor objek yang tidak mutlakpun mempengaruhi kreasi penulis, yangdikarenakan oleh beberapa hal misalnya :
Fakta-fakta yang tidak pernah lengkap, selalu berupa potongan-potongankisah yang harus menggunakan logika secara fakta atau khayalan yangmelengkapinya.
Harus selektifnya penulis, karena tidak semua data dan fakta samarelevannya. Sehingga mau tidak mau ia akan menulis apa yang sebaiknyaditulis, bukan apa yang seharusnya ia tulis
Penulis adalah manusia yang secara lansung atau tidak langsung dalamkaryanya akan dipengaruhi berbagai hal yang menyangkut penulis,misalnya pendirian, latar belakang, daya nalarnya, lingkungan, situasi, danaspek-aspek sosialb budaya lainnya
SIFAT BABAD
Seperti yang telah disebutkan dalam beberapa pengertian diatas, maka babadmemiliki sifat-sifat sacral-magis(dikramatkan), religi magis (mengandung kepercayaan),legendaris (berhubungan dengan alam semesta), mitologis (berhubungan dengan dewadewa), hagiografis (mengandung kemukjizatan yang menyimpang dari hukum alam),simbolis (mengandung lambing-lambang, kata atau benda kramat), sugestif (mengandungramalan, suatu gaib,tabir mimpi), istana sentries (berlokasi pada kerajaan), pragmentaris(tidak lengkap), raja kultus (mengagungkan leluhur), local (bersifat kedaerahan), dananonym (tanpa nama pengarang)
 
PERANAN DAN FUNGSI BABAD PADA MASYARAKAT BALI
Sebagaimana telah disebutkan bahwa babad pada hakekatnya merupakan penafsirankenyataan, berupa alternatifnya, suatu kenyataan, berupa alternatifnya, atau kenyataanyang diberi makna cerita. Dengan demikian, makna babad tidak terletak pada peristiwayang terjadi di dalamnya, melainkan apa yang terungkap dibalik peristiwa itu. Dengankenyataan itulah, babad memiliki system symbol yang dipandang menggambarkan suatucara masyarakat Bali memperkuat dan melestarikan dirinya melalui simbolisasi dari nilai-nilai serta konsep sosio-religius yang mendasari struktur social babad itu sendiri. Hal itumenjadi penting ketika ditinjau dari segi proses interaksi masyarakat bali sebagaimakhluk sosial, yang dalam konteks ini dipahami sebagai interaksi lanjut oleh orang Balisebagai sarana pernyataan gagasan sebagai manusia yang berbudaya dalam berinteraksi.Selanjutnya sebagai warisan budaya, kiranya babad dapat dipandang sebagai konsepsi-konsepsi orang Bali dalam menanggapi kehidupan dan lingkungannya demi eksistensinyasecara historis. Dari segi lain, babad juga dapat dipandang sebagai suatu abstraksi tingkahlaku, sebagai mekanisme control kelakuan orang Bali. Dengan begini, hal penting dalam babad seperti bhisama dan persoalan sesame bagi klien bersangkutan dapat dipahamidalam konteks yang lebih utuh. Walaupun babad ditulis untuk mengenal serta mengingat peristiwa sejarah dengan berbagai konsekuensinya, maka untuk kedepan kita dituntutuntuk dapat memahami dan memberikan penafsiran secara jernih dan juga konprehensif mengingat bahwa fungsi dokumentasi babad hendaknya dipahami sebagai kodratnyasebagai ciptaan sastra. Babad dengan realitasnya memiliki hukumnya sendiri yang tidak harus sama dengan apa yang ada di alam nyata. Oleh karena itulah, maka dari isi babadtidaklah dapat dipertanggung jawabkan secara penuh. Informasi yang ada dalam babadhanya dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan. Jika informasi tersebut dimanfaatkansebagai bahan penyusun sejarah, haruslah dicari hubungan yang relevan dengan sumber-sumber sejarah lainnya.Walaupun demikian, babad diakui diciptakan dalam rangka struktur dan pemenuhanfungsi. Sejalan dengan itulah, maka babad dapat difungsikan sebagai berikut :
Berfungsi melegitimasi asal usul ataupun silsilah leluhur seseorang,kejadian atau peristiwa,desa,pura, atau hal-hal nlainnya. Sehubungan dengan itulah
5
 
maka factor kepercayaan dan religius berhadapan dan saling menentukan satu samalainnya. Penambahan unsur-unsur lainnya seperti mitos, legenda,hagiografisimbolisme, dan sugesti amat dibutuhkan dalam upaya menambahkan kekramatandan kewajiban tokoh atau peristiwa yang dilegitimasi.
Selain itu, babad berfungsi pula untuk penghormatan pada leluhur.Sebagaimana telah diketahui bahwa salah satu kepercayaan orang Bali adalahkepercayaan terhadap leluhurnya. Adanya kasus mengenai leluhurnya, hidupsengsara. Tetapu setelah menemukan dan mengenal leluhurnya, kehidupannyamenjadi lebih baik. Tersirat dalam kekawin Ramayana, bahwa untuk menjadiseseorang yang memiliki kebajikan (gunamanta) seperti sang dasarartha, maka kitadiwajibkan berbakti pada leluhur (tar malupeng pitrapuja) disamping bertaqwa(bhakti ring dewa).
Berikutnya babad difungsikan sebagai penuntun keturunan tokohnyadalam menjalankan kewajiban lanjutan leluhurnya.Dalam hal ini, babad dapat dipandang sebagai suatu mekanisme penataan tingkahlaku,dan mekanisme control bagi tingkah orang Bali. Dikatakan babad sebagai kristalisasi pandangan hidup dan ajaran-ajaran luhur dimasa lampau, ini dikarenakan oleh adanya bhisama leluhur dalam setiap isi babad yang wajib dilaksanakan oleh keturunannya untuk lebih mengenal diri. Memahami eksistensi dan hakikat diri sebagai makhluk sosial.Artinya, babad tidak mengajarkan keturunannya untuk hidup terkotak-kotak, membatasilingkungan hidupnya, tetapi sebaliknya yaitu mengajarkan untuk berinteraksi sebagaimakhluk sosial. Dalam penjelasan inilah, babad merupakan gabungan antara antologisdan kosmologis. Untuk itulah adanya usaha konprehensif, baik terhadap manusia itusendiri dan dunianya beserta Tuhan dalam keseluruhan konseptual yang koheren. Halitulah yang memaksa pikiran untuk menggali inti yang tersembunyi dalam struktur-stuktur pengalaman manusia pada masa yang lalu. Akan sangat baik apabila keturunankita mampu melaksanakan pemahaman yang demikian tentang babad sehingga yangdemikian tentang babad sehingga tumbuh kesadaran yang terfleksikan dalam bentuk  pelaksanaan dharma negara, yang ditiru dari jejak leluhurnya, dan perlu kita sadari bahwa babad adalah produk lampau yang telah dimaknai masa kini. Artinya, diperlukankepekaan terhadap situasi dan kondisi zaman pada saat membacanya.Tak jarang terjadi

sebab semua sudah dibawa oleh Padanda Cakti Bukian ke Mengwi. Mereka yang tinggaldi desa Kayuputih ingat dengan anugrah dulu dari Bhatara Caturmuka tentang PasupatiWidiastra dan Catur Wedhadhaparaga, lalu mereka membuat senjata pusaka. KemudianPadanda Cakti Ngurah Pamade dari Kayuputih pindah ke banjar Tiyingtali desa Jagaraga,Buleleng. Sedang Padanda Cakti Kamenuh tetap tinggal di desa Kayuputih. Merekainilah yang menurunkan warga Brahmana Kamenuh. Demikian ikhwal adannya wargaBrahmana Kamenuh, akibat berhasilnya bujukan prebekel desa Kayuputih, daerahBuleleng, yaitu Pasek Gelgel keturunan I Gusti Pasek Gelgel di Banjar Pegatepan, desaGelgel, daerah Klungkung. Begitu pula ikhwal adanya Pasek Gelgel di Kekeran DesaMengwitani, Badung.
Bandesa Gde Selat Diangkat Menjadi Anglurah di Padanglawah.
Raja Pamecutan Maharaja Cakti akan menyelenggarakan yajna yaitu Karya Agungdengan ulama sucinya (lauk pauk utama) terdiri dari berbagaio macam-macam binatanghutan, antara lain harimau, landak, kelesih, kera, rusa dan lain-lainnya. Untuk mendapatkan binatang ini, tentu harus ditugaskan seorang pemburu yang ahli dan betul- betul mempunyai keberanian luar biasa. Maklum, ia tentu harus menjelajah hutan belantara yang belum pernah dijamah orang. Tatkala Maharaja Cakti sedang memikirkansiapa gerangan yang ditugaskan berburu binatang-binatang yang sangat berbahaya itu,maka beliau teringat pada Gde Selat keturunan I Gusti Pasek Gelgel di Banjar Pegatepan,Desa Gelgel, Klungkung, yang baru seminggu mengabdikan diri kepada Raja Badung.Lalu tugas itupun diemban Gde Selat. Dengan diiringi 20 orang, sesudah memohon izinkepada Maharaja Cakti Pemecutan, Gde Selat lalu berangkat dengan membawa perbekalan cukup untuk sebulan. Mereka terus masuk kedalam hutan yang amat lebat didaerah Jembrana. Hanya dalam tempo 10 hari, Gde Selat beserta rombongan berhasilmenangkap binatang-binatang hutan yang akan dijadikan lauk pauk pada karya agung.Lalu mereka kembali ke Badung dan menyerahkan binatang-binatang itu kepada RajaMaharaja Cakti. Dengan demikianlah dapat yajna karya agung tersebut diselenggarakanRaja Maharaja Cakti. Oleh karena Gde Selat dianggap berjasa, lalu ia diangkat menjadi
125

Anglurah Padanglwih atau Padanglambih bagian barat. Sedang Padanglwih bagian timur sudah diperintahkan oleh I Gusti Agung Lanang Dawan. Selanjutnya Gde Selat bergelar IGusti Gde Selat.Kemudian I Gusti Gde Selat berputra dua orang laki-laki. Yang sulung bernama IGusti Wayahan Bandesa Mas, dan adiknya bernama I Gusti Nengah Bandesa Mas.Karena I Gusti Gde Selat sudah lanjut usia, lalu tampuk pimpinan pemerintahandiserahkan kepada I Gusti Wayahan Bandesa Mas. Namun I Gusti Wayahan BandesaMas tidak dapat menyetujui pengangkatan ini. Ia minta agar daerah itu dibagi menjadi 2,sehingga mereka berdua sama-sama memiliki daerah kekuasaan. Akan tetapi I GustiWayahan Bandesa Mas tetap dan bertahan dengan keputusan orang tuanya, bahwa daerahitu adalah daerah kekuasaanya. I Gusti Gde Selat lalu meninggal dunia. I Gusti NengahBandesa Mas tetap bersikeras dan menuntut agar daerah Padanglwih dibagi menjadi 2daerah, akan tetapi I Gusti Wayahan Bandesa Mas tetap mempertahankan keutuhandaerah Padanglwih.Semakin lama perselisihan semakin memuncak dan akhirnya pihak I Gusti NengahBandesa Mas menyerang I Gusti Wayahan Bandesa Mas yang terletak di sebelah utara pasar. Serangan itu mengakibatkan terjadinya pertempuran sengit. Di dalam pertempuranini banyak korban berjatuhan sehingga banyak pula mayat sampai bertumpuk-tumpuk.Darahnya mengalir seperti air parit mengalir yang menimbulkan suara
ngerobok
(beriak).Mulai saat itu desa Padanglwih berubah nama menjdai desa Ngerobok dan akhirnya desaKerobokan. Kedua orang saudara kandung ini tidak ada menjadi pemenang. Karmakeduanya sangat tebal, sehingga tidak dapat terlukai oleh setiap senjata. Yang menjadikorban adalah rakyatnya masing-masing. Untuk menghindari dan menghentikan permusuhan ini, lalu I Gusti Wayahan Bandesa Mas dating menghadap Raja Badung diPemecutan, dan mempermaklumkan tentang apa yang terjadi di desa Krobokan. Tatkalaitu I Gusti Wayahan Bandesa Mas mohon kepada Raja Badung supaya diperkenankanmengangkat seorang putranya menjadi pimpinan pemerintahan di daerahnya. RajaBadung memenuhi permohonan I Gusti wayahan Bandesa Mas yakni mengijinkanmengangkat seorang putranya menjadi pimpinan pemerintahan di desa Krobokan bagianutara, dan di beri gelar I Gusti Ketut Krobokan.
126

Adapun I Gusti Ketut Krobokan dibuatkan Jro Krobokan Kajanan. Sedang seluruhkeluarga I Gusti Wayahan Bandesa Mas membuat rumah sebagai
 pekandel jro
. Mulaisaat itu I Gusti Wayahan Bandesa Mas dan keturunan tidak lagi memakai gusti, sebabsemua kekuasaannya sudah diserahkan kepada I Gusti Ketut Kerobokan. Sejak itu I GustiWayahan Bandesa Mas disebut Ki Bandesa Mas. Demikian seterusnya anak cucu sampaiketurunannya sekarang. Dari peristiwa ini I Gusti Nengah Bandesa Mas merasa terpukul,lalu ia berangkat ke Mengwi menghadap Raja Mengwi untuk memohon seorang putraRaja Mengwi untuk diangkat di desa Krobokan menjadi pimpinan pemerintahan. Akantetapi Raja Mengwi tidak dapat memenuhi permintaannya, karena mengharapkanhubungan Mengwi dan Badung tetap baik. Kemudian I Gusti Nengah Bandesa Maskembali ke desa Krobokan, dengan hati yang sangat kesal. Lalu ia terus datingmenghadap ke Puri Agung Pemecutan, memohon seorang putra Raja Badung untuk diangkat menjadi pimpinan pemerintahan di desa krobokan bagian selatan. RajaPemecutan menyetujui permohonan I Gusti Nengah Bandesa Mas. Beliau menunjuk seorang putranya yang masih jejaka, sedang putra-putranya yang lain sudah keluar dari puri Pemecutann, menempati tempat-tempat yang dianggap rawan dan sering diserangoleh pihak lawan. Putranya yang bernama I Gusti Lanang Celuk waktu itu sedangmenuntut ilmu di Puri Agung Klungkung.Kedua orang pimpinan pemerintahan itu oleh ayahnya Raja Badung ditugaskan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap desa-desa di perbatasan, antara lain Desa Dalungyang merupakan basis terdepan bagi kerajaan Mengwi yang sering dipakai tempatmemulai mengadakan kekacauan terhadap keamanan kerajaan Badung. KemudianBandesa Selat atausering disebut juga Bandesa Mas, lama-lama banyak menurunkan IGusti Ketut Kerobokan dan keturunan I Gusti Lanang Celuk. Oleh sebab itu diantaranyaselalu terjalin hubungan yang harmonis. Demikianlah ikhwal diangkatnya Bandesa GdeSelat oleh Raja Maharaja Cakti di Puri Pemecutan sebagai anglurah di Pandanglwih atauPadanglambih kemudian berubah menjadi Desa Kerobokan, bergelar I Gusti BandesaSelat. Seterusnya desa Krobokan oleh putra dari I Gusti Gde Selat kepemimpinannyadiserahkan kepada I gusti Ketut Krobokan dan I Gusti Lanang Celuk keduanya putra dariRaha Maharaja Cakti dari Puri Pemecutan.
127

Demikianlah keturunan Mpu Withadarmma, yang lazim disebut Pasek Bandesa Mas,Pasek Gelgel, Pasek Bandesa, Pasek Bandesa Tebuwana, Bandesa Manik Mas, Pasek Pegambuhan, Pasek Galengan, Pasek Bea, Pasek Dawuh, Pasek Sekalan, Pasek TangkasKori Agung, dan lain-lainnya. Begitu pula peranan keturunan Mpu Withadharmma dalam berbagai peristiwa membawa dampak positif, bukan saja bagi keturunan beliau namun juga bagi masyarakat luas
"Om Awighnam Astu Nama Siwaya"

Di bagian lain diceritakan, Putri ke tiga dari Ida Bhatara Dalem Tamblingan yang bernama Dewa Ayu Mas Dalem Tamblingan merabian (menikah) ring Ngurah Mucaling Ring Nusa (Ida Dalem Ped) dan melinggih di Nusa Penida (Pura Dalem Ped) diiringi parekan yang bernama Pasek Ulika yang kemudian berganti nama menjadi Pasek Kulisah. Ida Dalem Ped dan Dewa Ayu Mas Dalem Tamblingan mempunyai 2 Putra yang bernama:
1. Dewa Dalem Maspahit (melinggih ring Majapahit/Nusa Penida)
2. Dewa Dalem Madura Sakti (melinggih ring Gunung Sari-Sukasada)
Beliau juga memiliki 3 sebutan lain lagi, yakni: Ida Bhatara Ngurah Panji Sakti, Ida Bhatara Ngurah Agung Panji, atau Ida Bhatara Ngurah Agung Sakti.
Arti dari kedua nama tersebut di atas adalah sebagai berikut:
• Maspahit berarti Paling Pahit, sedangkan Madura Sakti berarti Paling Manis, kalau arti dari kedua nama Putra Beliau ini digabungkan, akan melahirkan konsep Rwa Bhineda, yakni: Manis-Pahit menjadi Suka-Duka (seneng-sebet/jele-melah) kemudian menjadi Hitam-Putih dan akhirnya menjadi Poleng, hal inilah yang menyebabkan mengapa warna wastra (kain penghias) pelinggih-pelinggih di Pura Dalem umumnya berwarna hitam-putih (poleng).

Ida Bhatara Dalem Ped merupakan Pepatih dari Ida Bhatara Kondra Prajaya Crangcang Kawat (Ida Bhatara Ganesa) yang melinggih di Pura Tajun (di Pancasari, tepi Danau Tamblingan) dan Pura Bukit Sinunggal (Desa Tajun) serta dipuja/disembah di Pura Jagadnata seluruh Bali. Beliau adalah Putra dari Ida Bhatara Aji Sakti (Dewa Dalem Majapahit/Ida Bhatara Siwa Guru) yang merupakan Penguasa Alam berserta isinya yang melinggih di Pura Bukit Sinunggal dan juga melinggih di Gunung Agung. Ida Bhatara Ganesa mempunyai 2 Istri yakni:
1. Dewa Ayu Guna Anyar (melinggih ring Pura Gunung Anyar), mempunyai 1 Putri yang bernama Dewa Ayu Deling
2. Dewa Ayu Sari (melinggih ring Pura Gunung Sari), mempunyai 1 Putri yang bernama Dewa Ayu Mas Sari

Kemudian, diceritakan Dewa Dalem Maspahit mengambil Dewa Ayu Deling sebagai istri yang diajak melinggih di Nusa Penida dan menurunkan Putra bernama Gusti Ngurah Melayu yang nantinya ikut melinggih di Panji-Sukasada. Dewa Dalem Madura Sakti mengambil Dewa Ayu Mas Sari sebagai istri, yang diajak melinggih ring Gunung Sari, kemudian beliau dianugrahkan 2 parekan yang bernama I Dorakala dan I Jogormanik, dan juga mendapatkan anugrah dari Ibunya (Dewa Ayu Sari) yakni seekor Naga pada sebilah Keris, kemudian Naga tersebut ditunggangi bersama istrinya menuju Hutan Wani di Gobleg. Setelah sampai di Hutan Wani, beliau bertemu dengan seseorang yang sedang menunggu Bunga Tunjungsari, kemudian ditanyalah orang tersebut, siapakah dia dan darimana asalnya, orang tersebut berkata bahwa dia datang dari Watik kemudian menuju Blambangan kemudian datang kepada Dukuh Katrangan dan diperintahkan oleh Dukuh Katrangan untuk menunggu bunga tunjung tersebut dan jika ada yang menghapirinya, beliaulah yang merupakan Gustinya dan disanalah harus menjadi parekan. Diangkatlah orang tersebut menjadi parekan Dewa Dalem Madura Sakti yang diberi nama Jelantik, dengan sebutan Gusti, yang merupakan Papatih Blambangan.

Kemudian diceritakan, Dewa Dalem Madura Sakti mempunyai 2 Putra sebagai berikut:
1. Gusti Ngurah Mucaling, beliau baru lahir sudah bisa menyebut bapak dan ibunya serta memiliki 2 buah caling (gigi taring) di gigi bagian atas
2. Gusti Ngurah Panji Sakti, beliau baru lahir juga sudah bisa menyebut bapak dan ibunya serta berselimut sutra kuning, menggunakan Gegelung Mas Taji dan anting-anting.

Sebelumnya Dewa Dalem Madura Sakti juga mempunyai Putra-Putri Kembar (Kembar Buncing) yang ditadah oleh I Dorakala dan I Jogormanik, karena Beliau tidak boleh mempunyai Putra-Putri Kembar tersebut. Atas Dasar inilah penulis menyimpulkan bahwa adanya Sima Anak Kembar Buncing (Sima Panak Salah) berawal dari sini, jadi sedikit penulis ulas di sini, jika ada yang mempunyai Anak Kembar Buncing (Kembar Laki-Perempuan) dalam suatu Desa harus ditempatkan dekat Pura Dalem agar dapat terlihat dari dekat oleh Parekan Ida Bhatara Dalem yakni Sanghyang Dorakala dan Sanghyang Jogormanik sehingga tidak ada yang berani mengganggu bayi tersebut karena merupakan tetadahan Sanghyang Dorakala dan Sanghyang Jogormanik, tempat ini biasanya disebut Tlugtug (pangseg banyu), kemudian setelah 42 hari baru boleh diupacarai oleh kedua orang tuanya dibantu oleh Krama Desa setempat dan dilukat (dimandikan di Suan Alit/Telabah tempat Melis dan Mekiis) setelah itu barulah bayi kembar tersebut diperbolehkan tinggal di Desa agar berada dalam keadaan selamat.

Selanjutnya, Gusti Ngurah Panji Sakti melinggih di Alas Panji (Desa Panji), dianugrahkan Gusti Jelantik (Papatih Blambangan) sebagai parekan sayang oleh Aji-nya, kemudian datanglah Putra dari Dewa Dalem Maspahit dari Majapahit/Nusa Penida yakni Gusti Ngurah Melayu bersama 16 parekan yang berasal dari Watulepang, ikut bergabung dengan Gusti Ngurah Panji Sakti, yang kemudian parekannya itu diberikan kepada Gusti Ngurah Panji Sakti sebagai Tabeng Dada (Penjaga Keamanan Pribadi). Setelah kedua putra dari Dewa Dalem Madura Sakti dewasa, ada keinginan putranya tersebut berperang untuk menguji kesaktiannya, dan diperintahlah Gowak Putih oleh Dewa Dalem Madura Sakti untuk mencarikan lawan tanding buat kedua putranya tersebut, berangkatlah Gowak Putih tersebut menuju Blambangan dan menyampaikan pesan kepada Ngurah Dalem Blambangan agar siap berperang besok melawan Dewa Dalem Madura Sakti bersama putra-putranya. Kemudian berangkatlah Beliau bersama putra-putranya yang diiringi belasan parekan Watulepang menuju Blambangan untuk berperang melawan Ngurah Dalem Blambangan, singkat cerita, akhirnya Ngurah Dalem Blambangan menyerah kalah dan menyerahkan semua kesaktiannya kepada Gusti Ngurah Panji Sakti. Dengan demikian, diakuilah kesaktian dari Putranya tersebut dan diperintahkanlah Gusti Ngurah Panji Sakti oleh Aji-nya untuk membuat Puri di Sukasada yang menguasai wilayah Panji-Sukasada bersama-sama dengan saudara-saudaranya yakni Gusti Ngurah Melayu sebagai Ratuning Kala Gering dan Gusti Ngurah Mucaling sebagai Ratuning Kala, dan diingatkan pula kepada Beliau untuk tidak menggunakan Budha-Kara, sebab nanti akan menjadi panjak bumi.

Kemudian diceritakan Gusti Ngurah Panji Sakti dicarikan 2 istri oleh Aji-nya yang bernama Lengkesari yang dilinggihkan ring Tengen menguasai wilayah Sukasada dan Ayu Segara (Putrinya Agung Lungka) yang dilinggihkan ring Kiwa menguasai wilayah Panji. Yang melinggih ring Sukasada menurunkan Putra yang bernama Kerta Wijaya. Selanjutnya Gusti Ngurah Panji Sakti kembali ke Puri dan membuat keris yang akan diberikan kepada parekannya, ternyata jumlah keris tersebut lebih lagi 2 buah yang kemudian akan diberikan kepada Putranya, keris tersebut bernama Luk Maya, kemudian terdengar suara jangkrik yang sangat keras yang memekakan telinga sehingga lubang jangkrik tersebut ditutup dengan salah satu dari keris tersebut dan dari lubang jangkrik tersebut keluarlah Air Suci yang kemudian diambil oleh Putra Ngurah Dalem Panji Sakti. Setelah itu, diperintahkanlah Putranya untuk melinggih di suatu daerah dimana ada Wantilan yang menggunakan atap Duk, daerah tersebut bernama Gianyar, di sanalah Putranya melinggih dengan nama Dewa Agung Jepang dan diberikan parekan Truna Tekor sebanyak 20 parekan. Kemudian ada keinginan Dewa Agung Jepang untuk berperang melawan Agung Taheban, akhirnya dikalahkanlah Agung Taheban dan lari ke Cakranegara, disanalah beliau menyerahkan semua kesaktiannya kepada Gusti Ngurah Panji Sakti.
Setelah Gusti Ngurah Panji Sakti melinggih di Puri Sukasada dan menguasai daerah Panji bersama saudara-saudaranya yakni Gusti Ngurah Melayu dan Gusti Ngurah Mucaling, dengan Papatihnya yang bernama Gusti Jelantik dan belasan parekan dari Watulepang, ada keinginan Aji-nya untuk pulang ke Alam Sunia dan dimohon kepada Putranya untuk tidak menghalangi (iklas) pada waktu kepulangannya nanti. Kemudian dinyalakanlah Api yang besar dan terjunlah Aji-nya ke dalam api tersebut, namun beliau kemudian diambil oleh Putranya, oleh karena itu dikutuklah Gusti Ngurah Panji Sakti oleh Aji-nya supaya semua keturunannya nanti pada waktu meninggalnya akan terlihat mayatnya (biasanya kalau mencapai Moksa, mayatnya tidak ada).


Ditulis Oleh : Unknown // 4:02 AM
Kategori:

0 komentar:

 

Followers